KEBEBASAN MANUSIA SEBAGAI PROSES MENUJU TUJUAN AKHIR MENURUT SWAMI VIVEKANANDA
Oleh: Petrus Alvian Bonlay
(Fakultas Filsafat, Universitas
Katolik Widya Mandira Kupang)
PENDAHULUAN
Swami Vivekananda adalah seorang tokoh dalam sejarah
Hindu, India dan pemikir Timur yang ada di
Barat. Beliau lahir pada tanggal 9 Juli 1862 di Kalkuta yang mempunyai
nama asli Narendra nath yang mempunyai wajah ganteng. Dia lahir dalam keluarga
yang mapan, ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang agamawan
pada masa kecilnya beliau banyak mengenyam pendidikan Kristen yaitu General Assembly’s Institusion. Dalam
pemikirannya dipengaruhi oleh tokoh Keshab Chunder Send dan Ramakrsna. Pada
tahun 1882 dia bertemu dengan Ramakrisna, pada tahun 1883 dia mengikuti
parlemen agama-agama di Chicago dan pada tahun 1884 mendirikan perkumpulan
masyarakat Vedanta di Amerika. Kemudian dia kembali ke India untuk melanjutkan
misi gurunya yang bertepatan bencana kelaparan selama 3 tahun. Dan pada tanggal
4 Juli 1902 beliau menghembuskan nafas terakhirnya[1].
Vivekananda merupakan pribadi yang amat dikenal dunia
sebagai seorang pemimpin spiritual yang memiliki pengaruh pengaruh besar dari
ajaran Vedanta dan Yoga. Dia adalah Swami Hindu pertama yang datang ke Barat
untuk memperkenalkan Hindu, Vedanta dan Yoga pada world’s parliament of religions terkait dengan diadakannya world’s fair di Chicago sehingga namanya
pun mulai melambung dan dikenal luas.
Swami Vivekananda mengklasifikasikan semua orang di dunia
ke dalam empat kategori, mereka adalah[2]: Pertama, Aktif
yang ingin bekerja. Dia mengikuti jalan Karmayoga. Kedua, Pria emosional yang mengikuti jalan Bhakthiyoga. Ketiga, Mistik yang ingin menganalisis
pikiran dan disiplinnya sendiri. Dia mengikuti jalur Raja yoga. Keempat, filsuf
yang pikirannya ingin menimbang segala sesuatu dan menggunakan kecerdasannya
untuk itu mengetahui kebenaran mengikuti jalan Jnanayoga.
·
Konsep pemikiran Vivekananda
Mengenai pemikiran filsafatnya adalah bahwa beliau
menyerap dan mentelolir beragam pemikiran di bidang keagamaan dari pemikiran
yang maju seperti Vedanta sampai pemikiran pemujaan arca, pemikiran Budha,
ateisme jaina dan carwaka. Pandangannya tentang manusia adalah bahwa harus
berani seperti Singa yaitu harus menghilangkan rasa takut karena hal ini adalah
dosa besar dan identik dengan kematian. Dan harus disadari pula bahwa manusia
pada dasarnya adalah baik, oleh karena itulah harus berusaha untuk menjadi yang
lebih baik.
Dalam hubungannya dengan dunia bahwa pemikirannya setuju
dengan Ramanuja dalam melihat dunia ini merupakan kesempatan untuk melakukan
karma dan merupakan peluang untuk mencapai pembebasan. Dalam hubungannya dengan
dunia ini bahwa dalam melihat antara objek dan subjek indria harus didasarkan
atas cinta kasih yang mempunyai perspektif berbeda antara objek dunia dengan
objek ketuhanan. Untuk mencapai pembebasan itu dapat dilakukan dengan jalan Bhakti[3].
Vivekananda percaya bahwa bahkan dalam kapasitas fisiknya
manusia lebih unggul dari makhluk lain karena sifat fisiknya lebih terorganisir
dan menunjukkan kesatuan yang lebih besar. Kehadiran sistem otak di dalam tubuh
membedakan manusia dari setiap spesies lainnya dan memberinya status unik di
dunia.
Sifat Spiritual Manusia[4]
Vivekananda memaparkan beberapa kesimpulan dari spekulasi
dan penyelidikan filosofis tentang ide-ide tentang Atman. Filsafat yang berbeda
tampaknya setuju bahwa Atman ini tidak memiliki bentuk dan karenanya merupakan
roh yang ada di mana-mana. Pria yang tampak hanyalah
cerminan redup dari pria sejati yang berada di luar. Pria sejati terikat.
Manusia semu yang merupakan refleksi dibatasi oleh ruang dan waktu.
Vivekananda
percaya bahwa manusia biasanya melakukan tindakannya karena ketidaktahuan.
Dengan perbuatan baiknya, manusia menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia itu
bebas. Kebebasan berarti penentuan nasib sendiri. Kondisi perbudakan Karma yang
terlihat sebenarnya adalah khayalan yang diciptakan oleh ketidaktahuan.
Menurut Vivekananda kebebasan mewakili esensi
jiwa dan dengan demikian seharusnya tidak benar-benar dalam perbudakan. Menurut
Vivekananda, realisasi keabadian jiwa adalah tujuan akhir manusia, keabadian
adalah kebenaran tertinggi tentang jiwa. Vivekananda berkata bahwa hanya ketika
manusia mampu melewati siklus kelahiran dan kelahiran kembali barulah dia bisa
mencapai keabadian.
PENUTUP
Hal
pertama yang sangat dipertegas oleh Vivekananda melalui pandangannya adalah
bahwa manusia harus berani seperti singa yaitu harus menghilangkan rasa
takutnya, karena menurutnya ketakutan adalah sebuah dosa besar dan identik
dengan kematian. Manusia harus berusaha untuk melawan rasa takut karena jika
tidak melawan rasa takut berarti jiwa manusia belum benar-benar mangalami
kebebasan yang dihakiki dan tetap menjadi budak dari ketakutan tiu sendiri. Ketakutan
yang dimaksudkan di sini adalah ketakutan akan kematian.
Maka
dari itu di sini kebebasan sangat penting sebagai perwakilan esensi jiwa
manusia dan sehingga manusia tidak benar-benar diperbudak oleh ketakutan itu
sendiri. Sebab realisasi keabadian jiwa adalah tujuan akhir manusia. Keabadian
adalah kebenaran tertinggi tentang jiwa. Vivekananda mengatakan bahwa hanya
ketika manusia mampu melewati siklus kelahiran dan kelahiran kembali barulah
dia bisa mencapai keabadian.
[1]Untung Suhardi,
Pemikiran Swami Vivekananda, diakses dari http://www.ziddu.com/download/21924456/SWAMIVIVEKANANDA.pdf.html,
pada tanggal 21 Mei 2021, pukul 18.00 Wita.
[2] V. Prabhakaran, dkk, Contemporary
Indian Philosophy, (India, Calicut university P.O, Malappuram Kerala,
2011), hlm. 17.
[3]Ibid.,hlm. 19.
[4]Ibid., hlm 23.
Komentar
Posting Komentar