Konsep Agama Universal Menurut Swami Vivekananda Dalam Konteks Kerukunan Umat Beragama di NTT


Oleh:

Edmario Da Cunha
(Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira)

Pengantar

Kerukunan merupakan jalan hidup setiap manusia yang memiliki bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan dan saling menjaga satu sama lain. Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan ketulusan hati yang penuh keikhlasan. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai serta sikap saling memaknai kebersamaan. Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan perdamaian.

BHINEKA TUNGGAL IKA adalah motto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang  Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Semboyan ini bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Semboyan ini menjadi kekuatan bagi setiap warga Negara Indonesia untuk tetap bersatu dalam perbedaan.

Swami Vivekananda dan Pemikirannya Dalam Agama Hindu

Latar belakang Swami Vivekananda secara umum adalah bahwa beliau lahir pada tanggal 9 Juli 1862 di Kalkuta yang mempunyai nama asli Narendra Nath yang mempunyai wajah ganteng. Dia lahir dalam keluarga yang mapan ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang agamawan pada masa kecilnya beliau banyak mengenyam pendidikan Kristen yaitu General Assembly’s Institusion. Dalam pemikirannya dipengaruhi oleh tokoh Keshab Chunder Send dan Ramakrsna. Pada tahun 1882 dia bertemu dengan Ramakrisna, pada tahun 1883 dia mengikuti parlement agama-agama di Chicago dan pada tahun 1884 mendirikan perkumpulan masyarakat Vedanta di Amerika. Kemudian dia kembali ke India untuk melanjutkan misi gurunya yang bertepatan bencana kelaparan selama 3 tahun. Dan pada tanggal 4 Juli 1902 beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Hakekat Agama Universal menurut veda suatu agama dikatakan baik apabila agama dalam agama tersebut menyangkut segala aspek kehidupan, mulai dari ajaran tentang pikiran, dan ajaran yang mengatur tingkah laku manusia sesuai dharma. Untuk membuktikan apakah ajaran wedanta tersebut layak digunakan atau tidak maka semua ajaran tersebut dikuasai oleh raja-raja yang langsung diamalkan melalui pemerintahan suatu negara, karena jika wedanta tersebut diberikan kepada pendeta dan pertapa maka ajaran tersebut akan terhenti, karena kita tahu mereka yang sudah menempuh jalan sanyasin atau sudah mulai menjauhi dari segala ikatan keduniawian, maka mereka akan mengasingkan diri bahkan bertapa berhari-hari, bertahun-tahun ke puncak gunung, atau hutan, untuk menemukan hakekat kehidupan. Maka secara tidak langsung semua ajaran yang mereka pelajari akan dibawanya kemanapun dia pergi, dan hanya mereka yang tahu akan ajaran tersebut. Tetapi dalam perkembangannya manusia berfikir tentang bagaimana mempraktekan Vedanta dengan praktis, dan kemudian merambah ke hal yang bersifat filsafat.

Kesimpulan dari semua pemikiran tentang Vedanta mengatakan bahwa jiwa manusia selalu murni tidak akan pernah mati dan tidak akan terpengaruh dengan semua hal keduniawian ,dan semua kekuatan dan kejayaan atman  ada dalam diri kita sendiri, maka oleh karena itu kita wajib untuk mempercayai bahwa tuhan (Brahman) akan selalu menyertai kita dalam semua hal yang kita lakukan, ada dalam diri kita dan selalu mengawasi perbuatan kita. Berbeda halnya dengan orang yang menganggap Tuhan itu tidak ada. Tuhan berada di luar mereka, dalam Vedanta mereka disebut orang-orang yang atheisme.

Agama yang universal tidak bisa dibangun oleh satu agama yang memasukan pengikut dari agama lain untuk berpindah ke agama mereka. Tetapi semua terbangun karena adanya keberagaman dan kesinambungan dari agama-agama yang berbeda, yang saling melengkapi dan menuntun manusia kejalan yang benar. Semua agama pada hakekatnya sama karena yang menciptakan ajaran yang benar dan mempunyai tujuan yang sama. Agama adalah manusia itu sendiri, dan semua itu berasal dari pemikiran dan pandangan manusia yang berbeda.

Kerukunan Beragama Di Provinsi NTT

Nusa Tenggara Timur ialah salah satu Propinsi yang ada di Indonesia yang sangat istimewa. Selain memiliki banyak pulau, propinsi NTT juga memiliki begitu banyak keberagaman dalam berbagai aspek terutama suku, adat istiadat, budaya dan agama. Pertanyaannya, apakah kita semua masyarakat yang ada NTT sudah hidup rukun dan damai selama ini dengan begitu banyak keberagaman ini? Jawaban atas pertanyaan ini dapat dijawab oleh setiap kita sesuai dengan realita yang terjadi sampai saat ini.

Menurut saya kerukunan sudah sangat nampak di propinsi tercinta kita ini. Lihat saja pada tanggal 30 Desember 2015 Menteri Agama Republik Indonesia  menganugerahkan trofi kerukunan umat beragama kepada propinsi Nusa Tenggara Timur. Ini tentu menjadi hal yang membanggakan bagi kita masyarakat NTT.  Bagaimana tidak membanggakan, trofi ini diperoleh di tengah begitu maraknya konfilk dan pertikaian berlatar belakang agama. Penganugerahan trofi ini memberi bukti bahwa rakyat yang mendiami propinsi NTT sangat menghormati nilai-nilai kebersamaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Selain itu, trofi ini juga mau menyatakan bahwa rakyat Flobamora senantiasa hidup rukun dan damai dalam bingkai kebersamaan Bhineka Tunggal Ika.

Setelah menerima trofi yang membanggakan ini, apakah kita masyarakat NTT hanya tetap tenggelam dalam kebanggaan tersebut. Yang pasti kita harus terus berjuang untuk tetap tangguh dalam posisi ini. Karena lebih sulit mempertahankan sesuatu daripada meraih sesuatu. Bila perlu kita terus berjuang untuk tidak hanya mendapat trofi kerukunan umat  beragama tetapi juga kerukunan-kerukunan yang lain. Karena menurut saya, ada juga banyak hal yang perlu di benahi dalam diri masyarakat NTT sekarang ini. Di tengah eufaria kita menerima trofi membanggakan ini, ada juga begitu banyak kejadian yang menunjukkan bahwa kita juga belum sepenuhnya hidup dalam kerukunan. Misalnya perkelahian antar mahasiswa yang berlatarbelakang suku. Kejadian ini tentu sangat memalukan. Saya sebagai mahasiswa, saya malu. Bagaimana mungkin orang yang sudah berpangkat mahasiswa masih bisa berbuat hal tak terpuji itu. Sudah berkelahi membawa nama suku lagi. Ini membuktikan bahwa kita juga masih menganut aliran sukuisme yang tinggi. Memang cinta akan suku itu penting tapi tidak perlu fanatik sampai harus sampai perkelahian dan perselisihan dengan suku yang lain.

Ada tiga hal penting yang bisa menciptakan kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Kerendahan hati, toleransi, dan kesabaran. Tiga hal ini, sangat mutlak diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Tidak semua orang yang dilahirkan memiliki karakter yang sama, jika sikap kerendahan hati, toleransi, dan kesabaran tidak kita bina sangatlah sulit untuk menciptakan kerukunan hidup dalam bermasyarakat. Jadi, setiap masyarakat Nusa Tenggara Timur wajib untuk menanamkan sikap kerendahan hati, toleransi, dan kesabaran. Dengan ditanamnya tiga sikap yang penting ini, saya yakin dan percaya bahwa akan membuat Propinsi kita tercinta ini, semakin penuh dengan suasana kerukunan. Dengan tiga sikap ini juga, akan bisa menyatukan kita semua masyarakat NTT yang penuh dengan keberagaman ini. Untuk itu, jangan ditunda lagi, mari kita tanamkan tiga sikap ini, (kerendahan hati, toleransi dan kesabaran) dalam diri kita masing-masing, untuk membangun NTT semakin rukun dan semakin lebih baik. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Ayoo…kita berjuang demi kerukunan bermas yarakat di propinsi tercinta kita. Kita memang berbeda-beda tapi bukan untuk dibeda-bedakan. Hakekat kita ialah untuk saling membantu, saling mendukung, saling melengkapi, saling membutuhkan dan saling menopang.

REFERENSI

·         Prabhakaran, V. dkk, Contemporary Indian Philosophy, India, Calicut University P.O, Malappuram Kerala, 2011

·         http://agamahindu2017pa4b13.blogspot.com/2017/05/mahaguru-swami-vivekananda-dalam-agama.html#.YNbq0ugza00

·         Untung Suhardi, Pemikiran Swami Vivekananda, diakses dari http://www.ziddu.com/download/21924456/SWAMIVIVEKANANDA.pdf.html, pada tanggal 24 Mei 2021, pukul 20.00 Wita.

 

Komentar