Konsep Kebudayaan Spiritual Sri Aurobindo Dalam Menyelaraskan Intelektualitas Dan Relevansinya Dalam Kehidupan

Penulis:

Emilius Mario Mara Owa

 

Pengantar

            Keberadaaan manusia ini merupakan sebuah karunia Tuhan yang sangat luar biasa karena dilengkapi dengan pikiran yang bisa merencananakan sesuatu untuk keperluan hidupnya. Hal ini tentunya berbeda dengan makhluk hidup lainnya yang berkerja berdasarkan insting  atau naluri mereka saja. Ketika seseorang menyadari keistimewaan ini maka manusia mempunyai sebuah skala prioritas yang sangat besar untuk merencanakan kehidupannya kelak. Konsep kebudayaan Sri Aurobindo secara esensial adalah bersifat spiritual; pandangannya mengenai kebudayaan spiritual menyelaraskan vitalitas dan intelektualitas. la mengusulkan untuk menyatukan kedalaman spiritual sebuah kebudayaan dengan bentuk-bentuk materialnya serta manifestasi tingkah laku manusia. Ia tidak memuliakan kedalaman batin spiritual dengan mengorbankan bentuk-bentuk material lahir.

Konsep Kebudayaan Spiritual Sri Aurobindo      

            Konsep kebudayaan Sri Aurobindo secara esensial adalah bersifat spiritual; pandangannya mengenai kebudayaan spiritual menyelaraskan vitalitas dan intelektualitas. la mengusulkan untuk menyatukan kedalaman spiritual sebuah kebudayaan dengan bentuk-bentuk materialnya serta manifestasi tingkah laku manusia. Ia tidak memuliakan kedalaman batin spiritual dengan mengorbankan bentuk-bentuk material lahir. Bahwa sekarang ini umat manusia sedang mengalami sebuah krisis evolusi di mana tersembunyí sebuah pilihan nasibnya; karena telah dicapai suatu tahap di mana pikiran manusia sudah mencapai arah tertentu dengan kemajuan besar, namun di sísi lain, pikiran manusia mengalami jalan buntu dan bingung, karena tidak lagi dapat menemukan jalannya.

            Aurobindo mengukuhkan filosofinya berdasarkan konsep Upanisadis tentang realitas hakiki yaitu Brahaman. Filsafat Aurobindo bisa disebut idealis. Dia mengatakan bahwa materi dan roh adalah seperti dua aspek dari hal yang sama. Jadi dia membayangkan realitas sebagai hal yang sangat spiritual, namun dia berhasil memberikan tempat di dalamnya kepada materi. Untuk memahami hakikat realitas, penting untuk mempertimbangkan tingkatan atau inti makhluk. Baginya semua ciptaan tidak lain adalah manifestasi diri atau diri yang tidak terwujud menjadi bentuk manifestasi. Individu yang menciptakan atau berkembang dari dirinya sendiri membuat perbedaan antara dirinya sendiri, kekuatan yang bekerja di dalam dirinya dan materi tempat ia bekerja. Pada kenyataannya kekuatan itu adalah dirinya sendiri, kesadaran individual yang dipergunakannya adalah dirinya sendiri. Permainan kekuatan-diri dan permainan pembentukan diri apa yang dihasilkan itu sendiri. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan akhir yang mungkin adalah munculnya kesadaran tak terbatas bersama individu.

            Manusia telah menciptakan sebuah sistem peradaban yang sudah menjadi terlalu besar bagi kemampuan mentalnya yang terbatas. Sebuah pembantu yang terlalu berbahaya bagi ego serta nafsunya yang membuat kesalahan serta kebodohan. Akal-budl tidak dapat sampai pada kebenaran terakhir apapun, karena la tidak dapat sampai pada akar benda-benda maupun mencakup keseluruhan rahasianya akal-budi hanya berurusan dengan yang terbatas, yang terpisah, unsur yang terbatas, dan tidak memiliki ukuran untuk semua dan yang tidak terbatas. Akal-budi juga tidak dapat menjadi dasar sebuah kehidupan sempurna bagi manusia atau sebuah masyarakat yang sempuma Karenanya, kesempurnaan tidak dapat dicapai melalui ide pikiran mengenal Roh, seperti halnya ia berurusan dengan Hidup. Ide pikiran yang menangkap kehendak inti dari Roh dan mencoba memberikan sebuah orientasi serta metode yang sadar, sesuai dengan akal-budi kepada daya yang lebih luhur adalah terlalu terbatas, gelap, serta terlalu miskin untuk mengerjakan keajaiban ini akan lebih miskin lagi jika kita membatasi kesadaran tersebut pada ide pikiran atau sistem ritual agama tertentu, kebenaran intelektual, norma estetis, aturan etika, serta tindakan praktis. Sebenarnya, seperti yang telah kita lihat, pikiran dan intelek bukanlah merupakan kekuatan kunci dari eksistensi kita.

Relevansinya Dalam Kehidupan    

            Falsafah Sri Aurobindo dikenal sebagai falsafah integral karena memadukan unsur fisik, vital dan mental menjadi satu kesatuan yang utuh. Tulisan-tulisannya mengungkapkan visi yang mantap sehubungan dengan evolusi dunia, dan tentang manusia, melalui tahapan yang berbeda, menunjukkan takdir ilahi manusia. Budaya yang harmonis dan integral dari potensi fisik, vital, dan mental manusia membawanya ke tingkat manusia super untuk mewujudkan kebenaran luhur.

            Inti filosofi Aurobindo adalah bahwa umat manusia masih dalam evolusi. Dalam pengertian ini, ini adalah filosofi evolusi. Urutan materi, bentuk kehidupan, dan pikiran adalah sesuatu yang familiar dalam studi biologi evolusi. Namun di luar ini, Aurobindo membayangkan pengembangan pikiran lebih lanjut, pertama ke dalam nalar dan perkembangan intelektual, tetapi kemudian ke tingkat perkembangan intuitif dan supra-mental. Bahwa sekarang ini umat manusia sedang mengalami sebuah krisis evolusi dimana tersembunyí sebuah plihan nasibnya; karena telah dicapai suatu tahap dimana pikiran manusia sudah mencapal arah tertentu dengan kemajuan besar, namun di sísi lain. pikiran manusia mengalami jalan buntu dan bingung, karena tidak lagi dapat menemukan jalannya. Manusia telah menciptakan sebuah sistem peradaban yang sudah menjadi terlalu besar bagi kemampuan mentalnya yang terbatas. Sebuah pembantu yang terlalu berbahaya bagi ego serta nafsunya yang membuat kesalahan serta kebodohan.

            Pesan utama Sri Aurobindo adalah bahwa ada evolusi yang membawa kita ke depan, ke atas. Ada tingkat kesadaran yang lebih tinggi di atas kecerdasan. Sri Aurobindo berkata, “Bahwa kemanusiaan saat ini telah sampai ke tahap di mana tingkat kesadaran yang baru sedang bangkit. Dan kita harus membantu kebangkitan itu dan kebangkitan itu akan membawa ke spesies baru, jenis baru kemanusiaan, yang akan hidup dalam sebuah kesadaran keesaan Ilahi. Sama seperti sekarang, ada kesenjangan antara dunia hewan dan kesadaran menusia, sama, di atas manusia, akan ada kesadaran Manusial-supra, Mental-supra. Dan kemanusiaan harus berevolusi ke tingkat yang baru.” Dia mengatakan krisis saat ini yang kita lihat di seluruh dunia karena pikiran manusia tidak dapat memecahkan masalah ini. Hanya dengan meningkatkan pikiran di atas ke intuisi yang lebih tinggi dan kesadaran Supra mental, bisa Anda mengalami keesaan dengan dunia, dan mengatasi semua masalah ini.

            Akal-budi tidak dapat sampai pada kebenaran terakhir apapun, karena la tidak dapat sampal pada akar benda-benda maupun mencakup keseluruhan rahasianya akal-budi hanya berurusan dengan yang terbatas, yang terpisah, unsur yang terbatas, dan tidak memliki ukuran untuk semua dan yang tidak terbatas. Akal-budi juga tidak dapat menjadi dasar sebuah kehidupan sempurna bagi manusia atau sebuah masyarakat yang sempama. Karenanya, kesempurnaan tidak dapat dicapal melalui lde pikiran mengenal Roh, seperti halnya berurusan dengan Hidup. Ide pikiran yang menangkap kehendak inti dari Roh dan mencoba memberikan sebuah orientasl serta metode yang sadar, sesuai dengan akal-budi kepada daya yang lebih luhur adalah terlalu terbatas, gelap, serta terlalu miskin untuk mengerjakan keajalban ini akan lebih miskin lagi jika kita membatasi kesadaran tersebut pada ide pikiran atau sistem ritual agama tertentu, kebenaran intelektual, norma estetis, aturan etika, serta tindakan prakti. Sebenarmya, seperti yang telah kita lihat, pikiran dan intelek bukanlah merupakan kekuatan kunci dari eksistensi kita.

Refrensi

K. Jayasree & Dr. V. Prabhakaran, Contemporary Indian Philosophy, India : Calicut Univercity, Malappuram Kerala, 2011

Matius Ali, Yoga Integral. Sebuah Metode Transformasi Menurut Sri Aurobindo. Tangerang: Sanggar Luxor, 2016

Komentar